Ku merasakan hembusan angin berlarian
Kesana kemari tuk merelakan teman hati
Menetes pelan air mata ini
Mengenang seorang di kesunyian malam
Tatkala pilu meradang dalam sanubari
Yang hanya di selimuti keraguan akan tipuan cinta
Berbekas dalam runtuhan harap
Alun rintih pun menyayat kalbu
Wahai engkau seorang lelaki, bahagialah bersamanya....
Jagalah ia dalam kedamaian mu
Genggamlah rasa indah itu
Dan jangan biarkan jiwanya menangis
Berilah kesungguhanmu hanya padanya
Ku titipkan sebait doa pada hening
Agar kau dapati kesejukan kasih
Dan akan ku kenang hadirmu dalam kebaikan...
Sabtu, 24 Desember 2011
Sabtu, 17 Desember 2011
DUSTA
Entah berapa luka yang ku terima
Berbekas dalam lubuk jiwa
Berulang kau tinggalkan janji
Begitu sakit ku resapi
Inikah cintamu yang penuh dusta itu?
Yang selama ini kau berikan?
Hapus tangis berurai pilu ...
Akhiri semua dengan kesedihan
Selamanya akan ku kenang
Lara dalam dada yang kau buat
Sesungguhnya rasa itu selalu ada
Dan akan tetap terjaga
Namun, ku kan terima segala
Perpisahan memilukan
Batin ini diam dalam kebisuan
Usailah rindu yang tersimpan kini ...
Berbekas dalam lubuk jiwa
Berulang kau tinggalkan janji
Begitu sakit ku resapi
Inikah cintamu yang penuh dusta itu?
Yang selama ini kau berikan?
Hapus tangis berurai pilu ...
Akhiri semua dengan kesedihan
Selamanya akan ku kenang
Lara dalam dada yang kau buat
Sesungguhnya rasa itu selalu ada
Dan akan tetap terjaga
Namun, ku kan terima segala
Perpisahan memilukan
Batin ini diam dalam kebisuan
Usailah rindu yang tersimpan kini ...
Minggu, 27 November 2011
" Untukku"
Malam syahdu....
Terdengar lembut irama hati
Menjemput sepi berbalut rindu
Jangkrik - jangkrik bersenandung riang
Berbisik pada esok
Esok yang penuh tentang cerita
Sebuah cinta yang terpendam
Lama sangatlah lama
Hanya tersebut satu nama
Aku sembahkan segenap jiwa
Dan segenggam asa yang kokoh bersemayam
Lalu menjadikannya nyata
Kini bukanlah mimpi belaka
Rasaku telah tertaut lama padanya
Senyum indah itu memang untukku
Dan selamanya hanya untukku....
Terdengar lembut irama hati
Menjemput sepi berbalut rindu
Jangkrik - jangkrik bersenandung riang
Berbisik pada esok
Esok yang penuh tentang cerita
Sebuah cinta yang terpendam
Lama sangatlah lama
Hanya tersebut satu nama
Aku sembahkan segenap jiwa
Dan segenggam asa yang kokoh bersemayam
Lalu menjadikannya nyata
Kini bukanlah mimpi belaka
Rasaku telah tertaut lama padanya
Senyum indah itu memang untukku
Dan selamanya hanya untukku....
Minggu, 04 September 2011
Kini Dan Nanti. . . . .
Kekasih....
Andai kau tau tentang mimpi
Di setiap malam temaram
Tetesan air mata terurai manis
Meleleh lembut saat mata terkatup
Membuaiku dalam lamunan panjang
Mendorongku pada hamparan angan
Luas tanpa batas...
Berjalan ku temukan sebuah titik perhentian
Kekasih....
Harapan demi harapan telah tercurah
Pengandaianku melebihi puncak
Selalu ku tepiskan segala yang menghalang
Karna ku percaya...
Terendap indah dan melekat dalam jiwa
Ketika hati saling mengerti
Tertanam segenap asa yang ku damba
Inginku jalani bersama
Berdua tepikan lara
Hingga kini dan nanti
Andai kau tau tentang mimpi
Di setiap malam temaram
Tetesan air mata terurai manis
Meleleh lembut saat mata terkatup
Membuaiku dalam lamunan panjang
Mendorongku pada hamparan angan
Luas tanpa batas...
Berjalan ku temukan sebuah titik perhentian
Kekasih....
Harapan demi harapan telah tercurah
Pengandaianku melebihi puncak
Selalu ku tepiskan segala yang menghalang
Karna ku percaya...
Terendap indah dan melekat dalam jiwa
Ketika hati saling mengerti
Tertanam segenap asa yang ku damba
Inginku jalani bersama
Berdua tepikan lara
Hingga kini dan nanti
Jumat, 29 Juli 2011
Mendua Ku Terluka
Mendua ku terluka...
Berulang kali kau dustai hati
Jika tangis mampu ku hentikan
Jika sakit mampu ku hapus
Takkan ku sendiri memeluk hampa
Mendua kau lakukan dengan sadar
Sisihkan aku disini
Perih rasaku kian merasuk
Seolah tertancap duri dalam jiwa
Bagai lembaran kertas tak bertuan
Terhempas tak bermakna
Ku pendam duka yang kau cipta
Kau siksa batin yang tulus mencinta
Entah kapan kau berhenti goreskan lara
Tak mampu ku pungkiri,kau yang ku damba
Tak sanggup ku relakan
Namun ku harus terima
Ku tak ingin paksakan rindu yang tak merindu
Karna kau tlah mendua dan ku terluka
Berulang kali kau dustai hati
Jika tangis mampu ku hentikan
Jika sakit mampu ku hapus
Takkan ku sendiri memeluk hampa
Mendua kau lakukan dengan sadar
Sisihkan aku disini
Perih rasaku kian merasuk
Seolah tertancap duri dalam jiwa
Bagai lembaran kertas tak bertuan
Terhempas tak bermakna
Ku pendam duka yang kau cipta
Kau siksa batin yang tulus mencinta
Entah kapan kau berhenti goreskan lara
Tak mampu ku pungkiri,kau yang ku damba
Tak sanggup ku relakan
Namun ku harus terima
Ku tak ingin paksakan rindu yang tak merindu
Karna kau tlah mendua dan ku terluka
Meragu...
Separuh hati mulai meragu
Gundah tak terbendung
Seakan terhimpit segudang tanya
Ketika tangis tak mampu lenyapkan pilu
Ketika rindu tak lagi beradu
Hampa kian meraja
Meragu...
Akankah rasa mampu bertahan?
Dalam jenuh meratap
Mencari sebuah jawab
Ku coba rapatkan mata
Satukan erat dalam batin
Menggugah memori terpendam
Samar terbayang raut wajahmu
Cerita lalu yang sempat terlewat
Bahkan tlah terkubur dalam-dalam
Sungguh masih terngiang harapan semu itu
Ingin ku kembali
Dan mengulanng sekali lagi
Namun kini sulit ku gapai
Meragu...
Relung-relung jiwaku bertanya
Masihkah aku dicinta?
Andaikan ku tau sebuah jawaban...
Gundah tak terbendung
Seakan terhimpit segudang tanya
Ketika tangis tak mampu lenyapkan pilu
Ketika rindu tak lagi beradu
Hampa kian meraja
Meragu...
Akankah rasa mampu bertahan?
Dalam jenuh meratap
Mencari sebuah jawab
Ku coba rapatkan mata
Satukan erat dalam batin
Menggugah memori terpendam
Samar terbayang raut wajahmu
Cerita lalu yang sempat terlewat
Bahkan tlah terkubur dalam-dalam
Sungguh masih terngiang harapan semu itu
Ingin ku kembali
Dan mengulanng sekali lagi
Namun kini sulit ku gapai
Meragu...
Relung-relung jiwaku bertanya
Masihkah aku dicinta?
Andaikan ku tau sebuah jawaban...
Selasa, 05 Juli 2011
KAMU ADALAH ANUGERAH
Kamu adalah anugrah bagiku
Dan bagi siapaun yang berada disisi mu
Bagaikan mentari yang selalu terangi alam semesta
Bagaikan sang rembulan yang merangkul hangat saat kelam menelan
Mengasihi penuh kesempurnaan
Mencintai setulus hati
Bahagia melengkapi raga ini
Karna kamu adalah anugrah dalam hidupku
Meski jarak membentang jauh
Meski kesempatan sekedar sesaat
Takkan menyesal hati ini memilihmu
Takkan letih jiwa menanti
Satu hal ku ingin ucapkan
Ruang sanubari ini hanya milikmu
Cinta ini teruntuk dirimu
Terimakasih ku atas kesetiaan mu
Karna kamu adalah anugrahku
Dan bagi siapaun yang berada disisi mu
Bagaikan mentari yang selalu terangi alam semesta
Bagaikan sang rembulan yang merangkul hangat saat kelam menelan
Mengasihi penuh kesempurnaan
Mencintai setulus hati
Bahagia melengkapi raga ini
Karna kamu adalah anugrah dalam hidupku
Meski jarak membentang jauh
Meski kesempatan sekedar sesaat
Takkan menyesal hati ini memilihmu
Takkan letih jiwa menanti
Satu hal ku ingin ucapkan
Ruang sanubari ini hanya milikmu
Cinta ini teruntuk dirimu
Terimakasih ku atas kesetiaan mu
Karna kamu adalah anugrahku
Senin, 27 Juni 2011
Menunggu
Menunggu
Sejenak ragaku berpaling
Dari semua aktivitas yang menyita energi
Dalam senyap ku luapkan isi dihati
Berteriak lepas tak berbatas
Suara ku menggema di setiap dinding kehampaan
Semilir angin menerpa
Gemuruh ombak hempaskan batu karang
Aku yang kini teteskan air mata
Mengenang masa disaat bersama
Entah haruskah ini berakhir?
Renung jiwaku tiada pernah berakhir
Doa-doa melantun keluar dari bibir ini
Meminta agar setidaknya kau sadar
Agar setidaknya kau peka terhadap rasa
Dan agar kau mengerti ku tengah menunggu
Sejenak ragaku berpaling
Dari semua aktivitas yang menyita energi
Dalam senyap ku luapkan isi dihati
Berteriak lepas tak berbatas
Suara ku menggema di setiap dinding kehampaan
Semilir angin menerpa
Gemuruh ombak hempaskan batu karang
Aku yang kini teteskan air mata
Mengenang masa disaat bersama
Entah haruskah ini berakhir?
Renung jiwaku tiada pernah berakhir
Doa-doa melantun keluar dari bibir ini
Meminta agar setidaknya kau sadar
Agar setidaknya kau peka terhadap rasa
Dan agar kau mengerti ku tengah menunggu
Kamis, 23 Juni 2011
Untukmu Kekasih....
Berdiri ku coba ikhlas
Bertahan di atas reruntuhan puing cinta
Melawan sakit yang menguras emosi
Pekik jeritan hati kian menderu di dasar jiwa
Kau yang berarti dalam hidupku
Tak ku mengerti perasaan apa ini
Saat kau hancurkan rindu yang ku jaga
Saat kau guratkan luka yang merobek rasa
Entah sampai kapan ku pendam lara
Sungguh kenangan menyisakan kepedihan
Jauh langkahku tinggalkan mu
Biarkan kau sepi sendiri
Lika-liku cinta takkan berakhir
Ku tak sesali yang telah terjadi
Lapangkan dada sesekali ku ingat dirimu
Untukmu kekasih, ku berikan kau kesempatan
Agar kau bebas,lepas,tak terikat
Bertahan di atas reruntuhan puing cinta
Melawan sakit yang menguras emosi
Pekik jeritan hati kian menderu di dasar jiwa
Kau yang berarti dalam hidupku
Tak ku mengerti perasaan apa ini
Saat kau hancurkan rindu yang ku jaga
Saat kau guratkan luka yang merobek rasa
Entah sampai kapan ku pendam lara
Sungguh kenangan menyisakan kepedihan
Jauh langkahku tinggalkan mu
Biarkan kau sepi sendiri
Lika-liku cinta takkan berakhir
Ku tak sesali yang telah terjadi
Lapangkan dada sesekali ku ingat dirimu
Untukmu kekasih, ku berikan kau kesempatan
Agar kau bebas,lepas,tak terikat
Senin, 20 Juni 2011
Cinta Tak Seperti Dulu
Dulu cintamu hanya untukku
Kau berikan warna keindahan di hidupku
Terlalu dalam sudah ku mencinta
Berharap kita kan abadi selamanya
Kini semua hancur karnamu
Berakhir jauh dari perkiraanku
Ku tau kau dustai semua
Teganya kau lukai cinta yang tulus
Rapuh hati tak setegar raga
Air mata tak kan mampu gambarkan pilu batin
Jiwa ku merana mendengar kebohonganmu
Kecewa tak berujung dan tak bertepi
Kau khianati kasih yang kuberi
Sungguh sejujurnya ku tak rela
Tak mudah ku terima kenyataan ini
Cinta tak seperti dulu...
Kau berikan warna keindahan di hidupku
Terlalu dalam sudah ku mencinta
Berharap kita kan abadi selamanya
Kini semua hancur karnamu
Berakhir jauh dari perkiraanku
Ku tau kau dustai semua
Teganya kau lukai cinta yang tulus
Rapuh hati tak setegar raga
Air mata tak kan mampu gambarkan pilu batin
Jiwa ku merana mendengar kebohonganmu
Kecewa tak berujung dan tak bertepi
Kau khianati kasih yang kuberi
Sungguh sejujurnya ku tak rela
Tak mudah ku terima kenyataan ini
Cinta tak seperti dulu...
Rabu, 15 Juni 2011
Simple Love. . .
Berawal dari kesederhanaan cinta
Kau pancarkan senyummu yang bersahaja
Yang mampu runtuhkan benteng hati
Pesonamu membuat kalbu terenyuh
Kau hadirkan kesetian tanpa pamrih
Memberi dengan penuh kasih
Bagai embun pagi kau sejukkan batin ini
Kilaunya pancarkan cahaya di sanubari
Merasuk ke dalam nadi
Menyeruak ke seluruh jiwa dan pikiran
Seutai harapan ku panjatkan
Agar ia abadi di dalam duniaku
Ketika jarak telah memisahkan
Maka, tak akan ku biarkan kenangan itu terkikis waktu
Hanya berawal dari kesederhanaan cinta
Perasaan itu mulai tumbuh indah...
Kau pancarkan senyummu yang bersahaja
Yang mampu runtuhkan benteng hati
Pesonamu membuat kalbu terenyuh
Kau hadirkan kesetian tanpa pamrih
Memberi dengan penuh kasih
Bagai embun pagi kau sejukkan batin ini
Kilaunya pancarkan cahaya di sanubari
Merasuk ke dalam nadi
Menyeruak ke seluruh jiwa dan pikiran
Seutai harapan ku panjatkan
Agar ia abadi di dalam duniaku
Ketika jarak telah memisahkan
Maka, tak akan ku biarkan kenangan itu terkikis waktu
Hanya berawal dari kesederhanaan cinta
Perasaan itu mulai tumbuh indah...
Selasa, 14 Juni 2011
Dalam Sesal
Sakit hati merasuk dalam dada
Nestapa menggores batin
Kalbu terasa hampa
Sungguh jiwaku lesu
Penatku membelenggu bersama sepi
Ragaku pilu, senyap terbenam luka
Hanya kebencian yang ku rasa
Dan kehinaan meluluh lantahkan harga diri
Berdiri langkahku ringkih
Lari dari semua mimpi buruk
Tak ada yang mengerti aku
Sepanjang jalan ku hiasi tetesan air mata
Perih terasa sakit dalam kekecewaan
Asaku lenyap tak bersisa
Menjerit ku lepaskan beban
Merintihku dalam sesal
Nestapa menggores batin
Kalbu terasa hampa
Sungguh jiwaku lesu
Penatku membelenggu bersama sepi
Ragaku pilu, senyap terbenam luka
Hanya kebencian yang ku rasa
Dan kehinaan meluluh lantahkan harga diri
Berdiri langkahku ringkih
Lari dari semua mimpi buruk
Tak ada yang mengerti aku
Sepanjang jalan ku hiasi tetesan air mata
Perih terasa sakit dalam kekecewaan
Asaku lenyap tak bersisa
Menjerit ku lepaskan beban
Merintihku dalam sesal
Kau Masih Jadi Mimpiku
Tahun demi tahun ku lewati,ku jalani tanpamu
Tanpa engkau yang selalu ku rindu kehadiranmu
Ku nanti dan ku tetap sabar
Sadar bahwa waktuku telah berkurang di dunia ini
Kau masih jadi mimpiku
Kau masih jadi rahasia hidupku
Aku tak tau dimana tepatmu berpijak
Aku juga tak tau bagaimana cara tuk temukanmu
Ayah,kau selalu ku tunggu sepanjang sisa umurku
Walau belum sempat bagiku tuk bertatap muka denganmu
Hanya harapan kecil yang ku genggam saat ini
Sebuah gambar tak berbingkai,satu-satunya yang ku miliki
Kenangan masa lalu yang menenggelamkanku dalam penyesalan
Ingin rasaku memeluk, mencium tanganmu
Ingin rasaku menyentuh kasih sayangmu
Tuhan berikanlah kesempatan untukku
Agar ku bisa bertemu dan menatapnya lebih dalam
Dan saat ini, detik ini kau masih jadi mimpiku
Tanpa engkau yang selalu ku rindu kehadiranmu
Ku nanti dan ku tetap sabar
Sadar bahwa waktuku telah berkurang di dunia ini
Kau masih jadi mimpiku
Kau masih jadi rahasia hidupku
Aku tak tau dimana tepatmu berpijak
Aku juga tak tau bagaimana cara tuk temukanmu
Ayah,kau selalu ku tunggu sepanjang sisa umurku
Walau belum sempat bagiku tuk bertatap muka denganmu
Hanya harapan kecil yang ku genggam saat ini
Sebuah gambar tak berbingkai,satu-satunya yang ku miliki
Kenangan masa lalu yang menenggelamkanku dalam penyesalan
Ingin rasaku memeluk, mencium tanganmu
Ingin rasaku menyentuh kasih sayangmu
Tuhan berikanlah kesempatan untukku
Agar ku bisa bertemu dan menatapnya lebih dalam
Dan saat ini, detik ini kau masih jadi mimpiku
KOSONG
Setiap lembar dalam hari-hariku kosong
Tak berhiaskan apapun
Kehampaan membalut lembut dalam kalbu
Keterpurukan selalu setia mengiringi langkahku
Aku tidak hancur
Aku hanya diam bersama malam yang kelam
Keheningan itu semakin menelan
Angin malam pun tak henti mengusik raga
Kosong...
Tatapanku lenyap
Hanya pantulan sang rembulan
Yang memantul indah dikedua bola mataku
Aku yang kini masih berdiri dalam kelemahan
Namun berdiriku tak berarti apa-apa
Aku hanya makhluk yang berusaha tegar
Untuk semua yang menghujatku
Karna semua mimpi yang ku rajut terbengkalai
Dan kosong...
Tak berhiaskan apapun
Kehampaan membalut lembut dalam kalbu
Keterpurukan selalu setia mengiringi langkahku
Aku tidak hancur
Aku hanya diam bersama malam yang kelam
Keheningan itu semakin menelan
Angin malam pun tak henti mengusik raga
Kosong...
Tatapanku lenyap
Hanya pantulan sang rembulan
Yang memantul indah dikedua bola mataku
Aku yang kini masih berdiri dalam kelemahan
Namun berdiriku tak berarti apa-apa
Aku hanya makhluk yang berusaha tegar
Untuk semua yang menghujatku
Karna semua mimpi yang ku rajut terbengkalai
Dan kosong...
Sabtu, 28 Mei 2011
Sepenggal Kisah Cinta
Bahagia ku arungi bersama
Setiap detik setiap menit dalam hari- hariku penuh dengan canda tawa
Tak ada waktu tuk melupakan memori indah itu
Masa lalu bukan hanya sekedar kenangan
Telah ku temukan tempatku berlabuh
Dermaga penuh eksotika cinta
Berdua kami genggam erat tangan
Janji- janji terurai manis
Indah memang terasa indah
Tertanam kepastian yang menggebu dalam dada
Bola mata itu menatap indah bagai kristal murni
Mengisyaratkan kekuatan cinta yang terpendam dalam jiwa
Kau sambut aku dengan kasih cintamu
Senyum terpancar elok dari raut wajah
Ku pilih hati damai mu
Tuk temani hati sepiku
Bersama kami menatap indahnya dunia
Seakan segala gundahku telah terjawab semua
Setiap detik setiap menit dalam hari- hariku penuh dengan canda tawa
Tak ada waktu tuk melupakan memori indah itu
Masa lalu bukan hanya sekedar kenangan
Telah ku temukan tempatku berlabuh
Dermaga penuh eksotika cinta
Berdua kami genggam erat tangan
Janji- janji terurai manis
Indah memang terasa indah
Tertanam kepastian yang menggebu dalam dada
Bola mata itu menatap indah bagai kristal murni
Mengisyaratkan kekuatan cinta yang terpendam dalam jiwa
Kau sambut aku dengan kasih cintamu
Senyum terpancar elok dari raut wajah
Ku pilih hati damai mu
Tuk temani hati sepiku
Bersama kami menatap indahnya dunia
Seakan segala gundahku telah terjawab semua
Di sudutkan kenyataan...
Hatiku kembali tergetar
Ku simak curahan hati seorang sahabat
Ku dengar, ku resapi
Sedetik, dua detik dan detik selanjutnya
Seolah tenggelam bersama penatnya
Ia merasa disudutkan kenyataan
Kisah sang ayah dan anak
Tak ada rasa kasih dan sayang
Ucapannya begitu dingin,tak patut di dengar, tak patut di tiru
Ku beralih menatap wajahnya
Sembab dimatanya menandakan perih di hatinya
Membunuh karakter dan perasaan
Seolah rapuh terserang hama kehidupan
Bebannya terurai dalam pikiranku
Sejenak ku berfikir
Mencoba menarik nafas dalam- dalam
Secercah harapan ku sampaikan untuknya
Rangkaian menjadi bait- demi bait
Rangkaian kata menjadi sebuah kalimat
Thanks sahabat
I'm sorry Sahabat
Karangan puisi, kisah kehidupanmu
Ku simak curahan hati seorang sahabat
Ku dengar, ku resapi
Sedetik, dua detik dan detik selanjutnya
Seolah tenggelam bersama penatnya
Ia merasa disudutkan kenyataan
Kisah sang ayah dan anak
Tak ada rasa kasih dan sayang
Ucapannya begitu dingin,tak patut di dengar, tak patut di tiru
Ku beralih menatap wajahnya
Sembab dimatanya menandakan perih di hatinya
Membunuh karakter dan perasaan
Seolah rapuh terserang hama kehidupan
Bebannya terurai dalam pikiranku
Sejenak ku berfikir
Mencoba menarik nafas dalam- dalam
Secercah harapan ku sampaikan untuknya
Rangkaian menjadi bait- demi bait
Rangkaian kata menjadi sebuah kalimat
Thanks sahabat
I'm sorry Sahabat
Karangan puisi, kisah kehidupanmu
BURAM
Sisi buram masih menyelimuti hidupku
Semua mata menyipit, memandangku penuh amarah
Menghakimi ku tanpa ampun
Mengolok- olok tanpa jeda
Seolah ragaku penuh lumuran dosa
Mereka anggap aku yang salah
Menudingku penuh murka
Menamparku tanpa iba
Menginjak harga diri dengan paksa
Bodoh...
Tolol...
Sok suci...
Telingaku penuh dengan cacian busuk
Mulutku bungkam, telapak tanganku mengepal
Hatiku penuh ambisi untuk melenyapkan mereka
Masih mengharap kekuatan maha dasyat menghinggapiku
Agar ku mampu membalas
Mereka selalu melihat sisi kehidupanku buram dan kelam
Tak berwarna, Tak berhiaskan apapun
Merasa hebat, merasa kuat itulah mereka
Tak berhati dan tak berperasaan
Semua mata menyipit, memandangku penuh amarah
Menghakimi ku tanpa ampun
Mengolok- olok tanpa jeda
Seolah ragaku penuh lumuran dosa
Mereka anggap aku yang salah
Menudingku penuh murka
Menamparku tanpa iba
Menginjak harga diri dengan paksa
Bodoh...
Tolol...
Sok suci...
Telingaku penuh dengan cacian busuk
Mulutku bungkam, telapak tanganku mengepal
Hatiku penuh ambisi untuk melenyapkan mereka
Masih mengharap kekuatan maha dasyat menghinggapiku
Agar ku mampu membalas
Mereka selalu melihat sisi kehidupanku buram dan kelam
Tak berwarna, Tak berhiaskan apapun
Merasa hebat, merasa kuat itulah mereka
Tak berhati dan tak berperasaan
Manusia Keparat
Ucapanmu tak pernah bermakna
Kau nikmati setiap dosa yang kau perbuat
Kau sapa semua orang dengan kata- kata kasarmu
Kau limpahkan semua kesalahanmu pada orang tak berdosa
Bersembunyi dibalik jilbab suci
Bertingkah bagai manusia tanpa adab
Entah dimana moralmu itu...
Mengharap hormat namun cibiran yang kau dapat
Akal sehatmu lenyap
Urat malumu putus
Kau hina setiap orang tanpa sebab
Itulah kau manusia keparat!
Tanpa malu kau tatap dunia
Kau harus sadar, dunia tak ingin menatapmu lebih dalam
Memang kau wanita berhati iblis
Khianat, kau selalu lakukan
Munafik, itulah sifatmu
Pecundang, itulah dirimu
Wahai kau manusia keparat!
Kau nikmati setiap dosa yang kau perbuat
Kau sapa semua orang dengan kata- kata kasarmu
Kau limpahkan semua kesalahanmu pada orang tak berdosa
Bersembunyi dibalik jilbab suci
Bertingkah bagai manusia tanpa adab
Entah dimana moralmu itu...
Mengharap hormat namun cibiran yang kau dapat
Akal sehatmu lenyap
Urat malumu putus
Kau hina setiap orang tanpa sebab
Itulah kau manusia keparat!
Tanpa malu kau tatap dunia
Kau harus sadar, dunia tak ingin menatapmu lebih dalam
Memang kau wanita berhati iblis
Khianat, kau selalu lakukan
Munafik, itulah sifatmu
Pecundang, itulah dirimu
Wahai kau manusia keparat!
Aku Bagai Debu
Lelah hati membuatku rapuh
Mencoba berdiri namun jatuh kembali
Tak berdaya menantang hidup
Tak kuasa menahan amarah
Terkikis kekejaman zaman
Terenggut penuh paksa
Mencoba melawan namun gagal
Bersembunyi aku dibalik tirai kehinaan
Menjerit namun tiada yang mendengar
Luluh, lebur oleh cibiran keji
Hina wajahku meratap
Terhempas dalam jurang kenestapaan
Terombang ambing dalam keterpurukan
Ingin berontak...
Ingin menangis...
Ingin mengumpat, namun apa daya
Kini terdampar bisu bagai debu
Mencoba berdiri namun jatuh kembali
Tak berdaya menantang hidup
Tak kuasa menahan amarah
Terkikis kekejaman zaman
Terenggut penuh paksa
Mencoba melawan namun gagal
Bersembunyi aku dibalik tirai kehinaan
Menjerit namun tiada yang mendengar
Luluh, lebur oleh cibiran keji
Hina wajahku meratap
Terhempas dalam jurang kenestapaan
Terombang ambing dalam keterpurukan
Ingin berontak...
Ingin menangis...
Ingin mengumpat, namun apa daya
Kini terdampar bisu bagai debu
- Hancur_
Hari- hariku kelam, aku kehilangan sinarnya
Hatiku tandus bagai lautan gurun berpasir
Ragaku terisolasi dalam penjara suci
Jiwaku hambar, hatiku pilu
Merintih, menjerit, aku tak berdaya
Menangis sendiri tanpa teman sejati
Luka di hati, tak mampu terobati
Batinku tersayat tanpa henti
Tak ada yang mengerti, tak ada yang peduli
Kenyataan pahit harus ku alami bertubi- tubi
Tuhan...!! Aku lemah di hadapanMu
Aku kehilangan arah hidup
Jatuh tertindas dan kalah
Cacian, makian selalu ku dapat
Ku tak mampu bertahan, ku tak sanggup hadapi semua
Terlalu sakit tuk dirasakan,
Terlalu pedih tuk diingat
Aku hancur, hancur, dan hancur
Hingga tak ada yang mampu mengenaliku
Hatiku tandus bagai lautan gurun berpasir
Ragaku terisolasi dalam penjara suci
Jiwaku hambar, hatiku pilu
Merintih, menjerit, aku tak berdaya
Menangis sendiri tanpa teman sejati
Luka di hati, tak mampu terobati
Batinku tersayat tanpa henti
Tak ada yang mengerti, tak ada yang peduli
Kenyataan pahit harus ku alami bertubi- tubi
Tuhan...!! Aku lemah di hadapanMu
Aku kehilangan arah hidup
Jatuh tertindas dan kalah
Cacian, makian selalu ku dapat
Ku tak mampu bertahan, ku tak sanggup hadapi semua
Terlalu sakit tuk dirasakan,
Terlalu pedih tuk diingat
Aku hancur, hancur, dan hancur
Hingga tak ada yang mampu mengenaliku
Sabtu, 21 Mei 2011
Si Pencuri Hati...
Hai kau....!! si pencuri hati
Aku tak tau bagaimana caramu mencuri hati,dan aku tak tau mengapa kau sampai berhasil mencuri hati ini.
Kau mengendap-endap dengan perlahan tapi pasti
Mencari celah untuk memasuki lubang di hati
Menjelajah seisi ruang sanubari
Dan kau tancapkan benih-benih cinta di jiwa
Matamu indah bagai bintang di langit
Dan gelombang cintamu tak mampu ku hindari
Ku terlena karna cintamu yang memabukkan
Dengan perlahan kau beri aku arti cinta sesungguhnya
Pesonamu tak mampu ku abaikan
Kini ku terjerat cintamu
Kau tawan hatiku, seolah aku penjahat kelas kakap
Kau jebloskan ku ke dalam dasar lubuk hati mu
Kau bawa pergi hati ku,
Dan ku terpanah asmaramu
Hai kau ...!! si pencuri hati
Aku tak tau bagaimana caramu mencuri hati,dan aku tak tau mengapa kau sampai berhasil mencuri hati ini.
Kau mengendap-endap dengan perlahan tapi pasti
Mencari celah untuk memasuki lubang di hati
Menjelajah seisi ruang sanubari
Dan kau tancapkan benih-benih cinta di jiwa
Matamu indah bagai bintang di langit
Dan gelombang cintamu tak mampu ku hindari
Ku terlena karna cintamu yang memabukkan
Dengan perlahan kau beri aku arti cinta sesungguhnya
Pesonamu tak mampu ku abaikan
Kini ku terjerat cintamu
Kau tawan hatiku, seolah aku penjahat kelas kakap
Kau jebloskan ku ke dalam dasar lubuk hati mu
Kau bawa pergi hati ku,
Dan ku terpanah asmaramu
Hai kau ...!! si pencuri hati
Selasa, 17 Mei 2011
My Imagination
Penaku masih saja menari indah di atas sehelai kertas putih suci. Imajinasiku bebas tak terikat. Jauh terbang melayang mengikuti arah mata angin. Mengawang tinggi menembus nirwana.
Ku ciptakan kata demi kata,ku rangkai menjadi sebuah kalimat, lalu ku satukan menjadi bait- bait yang indah. Dalam lamunanku yang diiringi rintik air hujan, tersimpan sebongkah harapan penuh makna.
Aku berjuang keras menggapai harapan penuh makna itu. Tak ada seorang pun mampu menghalangiku. Ku tepikan pikiran negatifku,agar ia tak menggangguku. Tak kenal lelah, tak kenal letih.
Tak peduli cacian, makian dari mulut orang- orang tak berhati. Tak gentar diriku berdiri sendiri, tanpa tepuk tangan orang- orang terkasih. Tak ada air mata yang jatuh membasahi bumi ilahi.Aku yakin, aku mampu. Kan ku juangkan sampai darah terakhirku berhenti menetes.
Ku ingin menatap, menantang orang- orang yang dulu memandang rendah harga diriku. Tercengang penuh ketidak percayaan. Biar mereka tau rasa, biar mereka sadar aku bukan orang yang kalah.
Ku tatap mereka penuh percaya diri. Dala hatiku berkata " akhirnya ku berhasil membalikkan keadaan". Kini mereka yang hina,malu dan tertunduk pilu.
Lalu mereka serentak mengemis maaf padaku.
Ku hirup udara segar setelah rintik hujan berhenti menangis. Ku nikmati secangkir teh hangat, yang mampu tenangkan pikirannku.Serta lepaskan penat yang membelenggu.
Imajinasiku masih saja asyik melayang bebas, menembus batas cakrawala.
Ku biarkan ia menemukan inspirasinya. Dan ku kembali menuangkan apa yang tersaji dalam imajinasiku ke dalam kertas putih belum ternoda.
Ku ciptakan kata demi kata,ku rangkai menjadi sebuah kalimat, lalu ku satukan menjadi bait- bait yang indah. Dalam lamunanku yang diiringi rintik air hujan, tersimpan sebongkah harapan penuh makna.
Aku berjuang keras menggapai harapan penuh makna itu. Tak ada seorang pun mampu menghalangiku. Ku tepikan pikiran negatifku,agar ia tak menggangguku. Tak kenal lelah, tak kenal letih.
Tak peduli cacian, makian dari mulut orang- orang tak berhati. Tak gentar diriku berdiri sendiri, tanpa tepuk tangan orang- orang terkasih. Tak ada air mata yang jatuh membasahi bumi ilahi.Aku yakin, aku mampu. Kan ku juangkan sampai darah terakhirku berhenti menetes.
Ku ingin menatap, menantang orang- orang yang dulu memandang rendah harga diriku. Tercengang penuh ketidak percayaan. Biar mereka tau rasa, biar mereka sadar aku bukan orang yang kalah.
Ku tatap mereka penuh percaya diri. Dala hatiku berkata " akhirnya ku berhasil membalikkan keadaan". Kini mereka yang hina,malu dan tertunduk pilu.
Lalu mereka serentak mengemis maaf padaku.
Ku hirup udara segar setelah rintik hujan berhenti menangis. Ku nikmati secangkir teh hangat, yang mampu tenangkan pikirannku.Serta lepaskan penat yang membelenggu.
Imajinasiku masih saja asyik melayang bebas, menembus batas cakrawala.
Ku biarkan ia menemukan inspirasinya. Dan ku kembali menuangkan apa yang tersaji dalam imajinasiku ke dalam kertas putih belum ternoda.
I.B.L.I.S.!!
Diam kau..!!
Hentakku menggelegar, tatapanku dipenuhi oleh segudang kebencian,Kau buat aku muak bukan main.Mengapa kau masih berdiri di hadapanku? tanyaku penuh amarah. Lalu ia berkata padaku "Aku ingin kau ikut bersamaku, berkumpul bersama umatmu yang telah berhasil ku perdaya".
Hahahaha......
Aku mendengar iblis itu tertawa lepas tak terkendali. Aku semakin geram,namua aku tak mampu berbuat apa- apa. Aku lari, lari dan terus berlari, seolah Sang Izroil tengah memburu nyawaku.
Aku mencari celah untuk persembunyian sementara, Dan akhirnya ku temukan tempat yang aman. Yang terlihat tak layak huni , namun ku paksakan langkah ku tuk tetap masuk. Berharap iblis itu kehilangan jejakku!!
Aku pun menarik napas , dan membuang setengah karbondioksidaku,
Aku letih, napasku terengah- engah
Jantungku berdetak tak beraturan,
Keringatku mengucur deras.
Aku pun teriak dalam dinginnya ruang ini...
Hentikan..!!
Hentikan..!! Kataku penuh kesal'
Iblis itu kembali di hadapanku, seolah tak mau kalah oleh egoku. Dan untuk kedua kalinya ku tanya kembali pada iblis keparat itu,
Untuk apa kau menemuiku lagi? Lalu ia menjawab dengan setengah putus asa karna belum berhasil merayuku, " aku ingin kau pergi bersamaku".
Enyahlah kau dari hadapanku..!!Seru pintaku'
Tak sudi aku mendekat pada lembah dosa itu,apalagi harus ikut turut bersamamu,
Pergi kau makhluk jahanam !!
Pergi kau makhluk keparat !!
Pergi kau makhluk laknat !!
Hentakku menggelegar, tatapanku dipenuhi oleh segudang kebencian,Kau buat aku muak bukan main.Mengapa kau masih berdiri di hadapanku? tanyaku penuh amarah. Lalu ia berkata padaku "Aku ingin kau ikut bersamaku, berkumpul bersama umatmu yang telah berhasil ku perdaya".
Hahahaha......
Aku mendengar iblis itu tertawa lepas tak terkendali. Aku semakin geram,namua aku tak mampu berbuat apa- apa. Aku lari, lari dan terus berlari, seolah Sang Izroil tengah memburu nyawaku.
Aku mencari celah untuk persembunyian sementara, Dan akhirnya ku temukan tempat yang aman. Yang terlihat tak layak huni , namun ku paksakan langkah ku tuk tetap masuk. Berharap iblis itu kehilangan jejakku!!
Aku pun menarik napas , dan membuang setengah karbondioksidaku,
Aku letih, napasku terengah- engah
Jantungku berdetak tak beraturan,
Keringatku mengucur deras.
Aku pun teriak dalam dinginnya ruang ini...
Hentikan..!!
Hentikan..!! Kataku penuh kesal'
Iblis itu kembali di hadapanku, seolah tak mau kalah oleh egoku. Dan untuk kedua kalinya ku tanya kembali pada iblis keparat itu,
Untuk apa kau menemuiku lagi? Lalu ia menjawab dengan setengah putus asa karna belum berhasil merayuku, " aku ingin kau pergi bersamaku".
Enyahlah kau dari hadapanku..!!Seru pintaku'
Tak sudi aku mendekat pada lembah dosa itu,apalagi harus ikut turut bersamamu,
Pergi kau makhluk jahanam !!
Pergi kau makhluk keparat !!
Pergi kau makhluk laknat !!
Dukaku...
Kedua kakiku lemah, tak mampu menopang raga ini
Terjatuh dan tersungkur aku lemah tak berdaya
Samar- samar terdengar shalawat yang mengalun dengan tenang
Terlihat jasad itu telah renta dimakan usia
Dialah nenekku yang telah terbujur kaku
Tak ada kata yang terucap dari bibir ini
Seisi ruang hening
Dan semua mata seolah menatapku penuh iba
Aku masih terdiam seribu bahasa
Seakan tak percaya dengan kenyataan pahit ini
Hatikku meraung histeris
Dan dadaku penuh sesak
Ragaku letih lunglai
Pikiranku buyar,melayang entah kemana
Isak tangisku pun tak kunjung usai
Jiwaku larut dalam dukaku
Terjatuh dan tersungkur aku lemah tak berdaya
Samar- samar terdengar shalawat yang mengalun dengan tenang
Terlihat jasad itu telah renta dimakan usia
Dialah nenekku yang telah terbujur kaku
Tak ada kata yang terucap dari bibir ini
Seisi ruang hening
Dan semua mata seolah menatapku penuh iba
Aku masih terdiam seribu bahasa
Seakan tak percaya dengan kenyataan pahit ini
Hatikku meraung histeris
Dan dadaku penuh sesak
Ragaku letih lunglai
Pikiranku buyar,melayang entah kemana
Isak tangisku pun tak kunjung usai
Jiwaku larut dalam dukaku
Dan Aku Bangkit
Ku telah temukan secercah harapan
Yang hampir pudar di telan ombak keegoisan hidup
Tak ada lagi air mata yang akan terjatuh sia- sia
Tak ada lagi jiwa yang lemah
Lenyap sudah semua beban pikiran
Kini berubah menjadi keyakinan yang kuat
Kan ku rajut kembali jalan hidupku ini
Yang sempat terhenti sejenak
Sisa- sisa energi itu kembali terkumpul
Seolah nyawa dan raga telah kembali menyatu
Tanganku mengepal erat
Dan semangatku memuncak
Aku kembali dari keterpurukan
Mulai menatap setiap apa yang ada di hadapan
Aku beranjak,
Aku berdiri,
Dan aku bangkit...
Yang hampir pudar di telan ombak keegoisan hidup
Tak ada lagi air mata yang akan terjatuh sia- sia
Tak ada lagi jiwa yang lemah
Lenyap sudah semua beban pikiran
Kini berubah menjadi keyakinan yang kuat
Kan ku rajut kembali jalan hidupku ini
Yang sempat terhenti sejenak
Sisa- sisa energi itu kembali terkumpul
Seolah nyawa dan raga telah kembali menyatu
Tanganku mengepal erat
Dan semangatku memuncak
Aku kembali dari keterpurukan
Mulai menatap setiap apa yang ada di hadapan
Aku beranjak,
Aku berdiri,
Dan aku bangkit...
Senin, 16 Mei 2011
Salahkah Aku?
Salahkah aku dalam kenestapaan ini?
Salahkah aku bila menginginkan yang terbaik?
Semua orang memandangku sinis
Penuh kebusukan dalam diri
Seandainya nasibku seberuntung mereka yang bergelimang harta
Seandainya semmudah itu membalikkan keadaan
Seandainya hidupku bak tuan putri raja
Semua asaku kan terpenuhi
Emosi membumbung tinggi
Harga diriku tercabik
Aku terjerat oleh ego
Jatuh terinjak dalam kehampaan
Aku meratapi diri penuh sedih
Gelisah aku bertanya dalam hati
Terdiam bisu , termenung sepi
Mengapa hidupku setragis ini?
Salahkah aku?
Salahkah aku bila menginginkan yang terbaik?
Semua orang memandangku sinis
Penuh kebusukan dalam diri
Seandainya nasibku seberuntung mereka yang bergelimang harta
Seandainya semmudah itu membalikkan keadaan
Seandainya hidupku bak tuan putri raja
Semua asaku kan terpenuhi
Emosi membumbung tinggi
Harga diriku tercabik
Aku terjerat oleh ego
Jatuh terinjak dalam kehampaan
Aku meratapi diri penuh sedih
Gelisah aku bertanya dalam hati
Terdiam bisu , termenung sepi
Mengapa hidupku setragis ini?
Salahkah aku?
Langganan:
Postingan (Atom)